Ditulis untuk forum BIGREDS IOLSC pada 16 Januari 2014 GERRARD SANG PENYINTAS
Sebelum Liverpool melawat ke Britannia Stadium markas Stoke City (12/01/2014), sempat berpikir untuk membuat tulisan dengan tema/judul: Gerrard Sudah Habis (?). Ya, tentu saja dengan tanda tanya, karena secara pribadi saya yakin Gerrard belum habis-habis amat. Bahwa performanya menurun -jika dibandingkan saat ia mengangkat Si Kuping Besar di Istanbul misalnya- para supporter rasanya tidak bisa mungkir.
Daws dalam sebuah tulisannya di RAWK membuat analogi dan perbandingan untuk menggambarkan (alasan menurunnya) performa Kapten Liverpool saat ini (dibandingkan performa beberapa tahun lampau). Jika diterjemahkan secara bebas kira-kira seperti ini:
“Ketika mendapati sebuah pintu yang terkunci Gerrard akan mendobraknya. Sementara Xavi akan membuka gemboknya dan Xabi akan mencari pintu lain.” (RAWK)
Ketiganya bisa saja mencapai tujuan, namun cara yang dilakukan berbeda. Analogi tersebut sekaligus ingin memperlihatkan kalau Gerrard akan mengeluarkan energi lebih banyak dari Xavi dan Xabi. Dengan kata lain, jika dibandingkan dengan duo Spanyol, Stevie lebih mengunakan kekuatan fisiknya dibandingkan dengan otaknya. Kecenderungan “Captain Fantastic” mengandalkan kekuatan fisik ini kemudian sangat terasa sekarang. Ketika usianya tak lagi muda, kekuatan fisik tak lagi di puncak. Boleh setuju, tidak pun tak mengapa. Bebas. Tetapi itu suatu yang niscaya.
“Naturally, when you get a bit older you get a bit slower and the further backwards you move.” – Didi Hamann. (Kutipan dari: A New Gerrard; Sky Sports)
Rasanya baru kemarin melihat bagaimana pemegang medali perunggu “Ballon d’Or 2005” ini membangkitkan semangat koleganya untuk membanting jatuh AC Milan yang sudah merasa di awang-awang sekembali dari ruang ganti di Attaturk Stadium, Istanbul. Tendangan guntur 30 yards (27,5 m) ke gawang West Ham United yang dijaga Shaka Hislop di teriknya Cardiff juga masih terngiang.Tak begitu mudah juga melupakan deretan tendangan bebas penuh energi yang membuat kiper dan suporter lawan mengumpat. Tapi kini fisiknya tak lagi 100% menyokong. Dalam dua tahun terakhir berapakali tendangan keras ajaib itu terlihat, berapa juga tendangan bebas langsung yang diambilnya? Tak sering.
Tapi pemilik jersey keramat bernomor punggung 8 di LFC adalah pemain spesial. Bahkan “hanya” dengan sisa-sisa kemampuan yang dimilikinya sekarang, Gerrard masih layak diperhitungkan. Ban kapten tim nasional Inggris bisa jadi bukti kecil, ya bukti kecil saja. Ia juga masih rajin mengasistensi bomber-bomber Liverpool untuk mencetak gol, dan masuk di deretan atas pemberi assists terbanyak di BPL musim ini. Namun, suporter -mengakui atau tidak- pasti sadar bahwa kaki Gerrard memang tak lagi muda. Para pundit, Carra, sampai Brendan Rodgers pun tahu itu. Bahkan Gerrard pasti juga menyadarinya. Tapi tenang ia belum habis, ia masih ada, ia hanya wajib beradaptasi.
Ya, beradaptasi dengan posisi baru yang akan ditempatinya. Juga beradaptasi dengan pola permainan yang diusung Gaffer Liverpool, Brendan Rodgers. Ia hanya perlu menghayati apa yang pernah dikemukakan oleh naturalis kenamaan, Charles Darwin:
“It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change.”
Evolusi Gerrard sebenarnya berjalan wajar. Satu setengah musim di tangan Brendan Rodgers, langsung diberi posisi “lebih dalam” di area tengah Liverpool, berada di depan Lucas Leiva yang menjaga kedalaman. Suami Alex Curran tak lagi diserahi tanggung jawab untuk mendobrak pintu pertahanan lawan. Liverpool barangkali tak butuh lagi seorang pendobrak tunggal, pintu yang terkunci coba dibuka bersama-sama. Jika Suarez tak mampu mengakali gembok, Steven hanya perlu menyumbang pundaknya untuk gotong-royong mendorong balok pendobrak pintu.
Bahkan kini Gaffer Liverpool mengisyaratkan sang mantan pendobrak pintu dipaksa berevolusi lagi menjadi pemain terakhir di lini tengah. Menggantikan peran pemain tengah pirang asal Brazil, Lucas Leiva. Menjadi penjaga kedalaman, pengontrol permainan. Ia bahkan tak perlu lagi ikut mengangkat balok, ia hanya memastikan balok tersedia, mengantarkan tenaga-tenaga muda sampai di depan pintu, lalu menjaganya kalau-kalau ada yang mengganggu.
Perannya memang lambat laun berubah dari Attacking Midfielder (AM) – Central Midfielder (CM) – Defensive Midfielder (DM). Evolusinya bahkan bertautan ujungnya (kalau sekarang adalah ujung), dari DM kembali ke DM. Peran sebagai Holding Midfielder sebenarnya memang bukan hal baru bagi SG8, peran ini pernah dilakoni di awal-awal karir profesionalnya di Liverpool. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bisakah Gerrard menjalankan peran barunya itu?
“He has got the personality to play in that controlling role. He gives us great variety in his passing. We saw today he picked it up from deep and stretched the game with his vision and quality.” (Kutipan dari: Liverpool’s Steven Gerrard could play deeper; BBC Sport)
Posisi bermain yang lebih dalam rasanya memang cocok untuk ayah dari Lilly, Lexie dan Lourdes. Meskipun tetap harus bergerak dan memiliki stamina yang baik, tak lagi dituntut untuk selalu maju ke depan membantu serangan. Sehingga tidak harus keteteran untuk berlari mengejar bola saat lawan melakukan serangan balik. “Kemalasan” mengejar bola atau mobilitas yang susut atau bahkan sama sekali tidak mobile (motionless) menjadi kritik yang paling banyak muncul untuk Gerrard saat ini. Kini pemain yang pernah 3 kali masuk daftar “FIFA/FIFPro World XI” ini bisa menghemat tenaga. Sang kapten tak perlu lagi menjajah seluruh lapangan. Ia hanya perlu disiplin dalam bertahan dan menjaga daerah. Dan mulai membiasakan diri dengan karakter seorang gelandang gantung: Penempatan posisi, visi bermain, dan umpan sederhana.
Soal peran regista bisa dibaca klik: Rodgers Mencari Regista
Penempatan Posisi
Pintar menempatkan posisi menjadi salah satu syarat menjadi seorang holding midfielder yang efektif. Tugas utama pemain bertahan untuk memutus serangan membuat penempatan posisi sekaligus disiplin dalam bertahan menjadi penting. Posisi yang baik akan memudahkan seorang gelandang bertahan untuk memotong umpan, atau mengejar lawan, melakukan ganjalan secara efektif tanpa harus banyak bergerak. Seorang DM yang salah posisi memberi kosekuensi yang berat, pemain lawan bisa lolos, bisa juga terpaksa harus dilanggar (untuk menghentikan) yang mungkin memberi kesempatan lawan mengkreasi peluang. Akibat lain adalah boros tenaga, karena harus mengejar bola atau lawan ke sana-sini. Kemampuan posisioning juga berhubungan dengan kemampuan membaca permainan (game reading), kapan dan ke mana bola akan diumpan oleh lawan.
Salah satu kelebihan dari Lucas -dalam kondisi terbaik- sebenarnya adalah penempatan posisi dan visi bertahan. Namun semenjak cedera, kemampuannya belum menyentuh batas tertinggi dari kemampuan yang pernah ditunjukkannya. Tidak mudah memang bagi seorang pemain untuk kembali dari cedera panjang, bahkan tak hanya sekali dalam kasus Lucas, untuk menemukan kembali permainan terbaiknya. Musim ini gelandang bertahan yang juga berevolusi dari AM ini memang membuat banyak tackle(s), tetapi persentase keberhasilannya bisa dibilang rendah. Kurangnya akurasi tekel, yang kemudian berakhir dengan pelanggaran terkonfirmasi dari statistik tackle(s). Secara kuantitas tinggi, tapi hanya 44% tekel sukses. Sementara Gerrard lebih baik di angka 52%.
Selain tekel, aksi bertahan yang meliputi clearences, intersep, dan merebut bola rasanya Gerrard pun bisa lebih bagus. Bahkan saat menjalani peran sebagai holding midfielder di pertandingan terakhir kontra Stoke City, aksi bertahannya naik 4 kali lipat dibanding rata-rata sepanjang musim berjalan.
Visi Bermain
Kemampuan membaca permainan atau visi bermain, baik menyerang dan bertahan menjadi penentu kualitas seorang gelandang bertahan. Dalam sepakbola modern, seorang gelandang bertahan tidak hanya bertugas untuk memutus serangan dan melindungi/melapis center back dan full back. Ia juga menjadi pemain yang bisa memulai serangan atau melakukan transisi dari bertahan menyerang. Gelandang bertahan yang baik juga harus mampu menentukan bila bermain lambat, bila bermain dengan umpan-umpan cepat.
Tingkat kemampuan membaca permainan dilengkapi umpan-umpan berkualitas yang akan menjadi pembeda bagi seorang gelandang bertahan. Apakah ia sekadar Defensive/Holding Midfielder atau menjadi seorang regista, deep-lying playmaker, meia-armador, atau apapun sebutannya. Lucas adalah seorang DM yang baik, tetapi visi menyerangnya tidak terlalu istimewa. Secara teori visi menyerang Gerrard lebih baik dari Lucas. Kualitas kreasi umpan (key pass) juga lebih baik dari Lucas. Tinggal implementasinya yang harus pas, dan tetap dalam kontrol. Gerrard mencatat lebih dari 40 kali memberi umpan kunci yang membuka peluang mencetak gol, sementara Leiva hanya 11.
Umpan Simpel
Saat melakoni peran bertahan, menghindari apa yang tak boleh dilakukan acapkali lebih penting. Seorang gelandang bertahan sebisa mungkin lepas dari kesalahan sekecil apapun. Sama seperti positioning yang salah, gagal intersep dan tekel tak sukses, salah umpan juga harus dihindari. Makanya umpan-umpan sederhana menjadi pilihan pertama bagi seorang DM, tidak boleh menyulitkan diri sendiri atau orang lain. Bisa berakibat fatal. Umpan harus lebih terkontrol, tidak boleh mengobral umpan-umpan yang berisiko.
Rerata persentase akurasi umpan Gerrard sebenarnya cukup baik, tapi jika dibandingkan para gelandang bertahan di tim-tim elite EPL seperti Arteta, Flamini, bahkan Leiva masih kalah. Dalam hal ini Lucas lebih unggu dari Gerrard. Kalau dilihat dari tipe umpan, SG8 terlihat cukup banyak mengumbar umpan-umpan panjang. Terlihat dari balok warna ungu yang jauh lebih tebal. Tetapi mungkin dipengaruhi posisinya yang memang bukan orang terakhir di tengah. Apapun, Gerrard memang harus mulai untuk mengontrol diri, tidak banyak mengumbar umpan-umpan panjang yang mungkin memukau tapi berisiko. Hollywood Ball hanya boleh muncul di saat-saat yang tepat saja.
Komposisi umpan Gerrard
Gerrard vs Stoke City
Nah, sekarang bagaimana raport SG8 saat menjalani “second debut”(karena pernah jadi DM dulu) di posisi barunya? Secara umum cukup bagus,meskipun harus banyak perbaikan. Ia melakukan 5 tekel dan 4 diantaranya bersih. Aksi bertahan Gerrard juga meningkat pesat, ia tercatat melakukan 8 kali clearences, 2 intersep dan 2 blok. Total 12 defensive actions ini melonjak dari rerata 4 defensive actions miliknya musim ini.
Namun bukan tanpa kekurangan. Gerrard melakukan cukup banyak kesalahan umpan sering terlihat, terutama saat mencoba melakukan long pass. Kesalahan-kesalahan umpan Gerrard yang terlihat saat laga juga terkonfirmasi dari statistik akurasi passing. Akurasi umpannya mencapai 75%, tidak ideal untuk seorang penjaga kedalaman. Gambar menunjukkan bahwa kebanyakan umpan yang gagal adalah long pass (gambar panah merah).
Akurasi umpan Gerrard vs Stoke (75%)
Posisi baru menuntut Gerrard untuk lebih sabar untuk mengontrol permainan, sekaligus mengerem umpan-umpan panjang yang selama ini menjadi trade marknya. Sang Kapten harus selalu ingat tiga hal: Positioning, read the game, simple pass!
“I think he’s so good he can play in any position but this is the position in which he can play the longest for. It’s up to him. If he wants to put his mind to it he can play there for the next two or three years.” – Didi Hamann (Kutipan dari: A New Gerrard; Sky Sport)
Tak akan sulit bagi Gerrard beradaptasi dengan peran barunya. Sebelumnya, ia telah melakukan beberapa kali peralihan posisi dengan mulus. Karena Steven George Gerrard adalah seorang PENYINTAS (survivor).